Akhlak berasal dari bahasa
arab yaitu “Alkhulq”, yang mempunyai arti watak, tabi’at. Secara istilah akhlak
Ibnu Maskawi adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan
tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan
ini terbagi menjadi dua, ada yang berasal dari tabi’at aslinya, ada pula yang
di peroleh dari kebiasaan yang betulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya
tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan
terus-menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
Guru merupakan orang yang
berjasa terhadap sang murid. Dengan kata lain guru merupakan orang yang
mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid di luar Bimbingan
orang tua di rumah, sehingga akhlakul karimah terhadap guru perlu di terapkan
sebagaimana akhlak kita terhadap orang tua.
Murid harus mengikuti guru yang di kenal baik akhlak,
tinggi ilmu dan keahlian, beribawa, santun, dan penyayang. Murid harus
mengikuti dan mematuhi guru. Menurut Ibnu Jama’ah rasa hina dan kecil di depan
guru merupakan pangkal keberhasiln dan kemuliaan. Ia memberikan umpama lain,
yaitu menuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari singa
ganas. Ia percaya kepada orang menunjuk jalan lari.
Murid harus mengagungkan guru dan menyakini kesempurnaan
ilmunya. Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuan besar, sama sekali tidak
boleh berhenti menghormati guru. Murid harus mengingat hak guru atas dirinya
sepanjang hayat dan setelah wafat. Ia menghormati sepanjang hidup guru, meski
wafat. Murid tetap mengamalkan dan mengembangkan ajaran guru.
Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak
buruk guru. Hendaknya berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon
ampun dan bertaubat untuk guru. Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap
ajaran guru. Melalui itulah ia mengetahui apa yang harus dilakukan dan
dihindari. Ia memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Meskipun guru
menyampaikan informasi yang sudah diketahui murid, ia harus menunjukkan rasa
ingin tahu tinggi terhadap informasi.
Murid tidak boleh mendatangi
guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun bersama orang
lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh, maka ia tidak boleh
mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa
mengulanginya paling banyak 3 kali. Harus duduk sopan di depan guru. Misalnya,
duduk bersila dengan tawadu’, tenang, diam, posisi duduk sedapat mungkin
berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan guru sehingga tidak membuat
guru mengulangi perkataan. Tidak di benarkan berpaling atau menoleh tanpa
keperluan jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.
Berkomunikasi dengan guru
secara santun dan lemah lembut. Ketika guru keliru baik hilaf atau karena tidak
tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan agar tidak terlihat
perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru menyadari kekeliruan. Bila
setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari kekeliruannya, murid
mengingatkan secara halus. Jika guru mengungkapkan satu soal, kisah, atau
sepenggal syair yang sudah di hafal murid, ia harus tetap mendengarkan dengan
antusias, seolah-olah belum pernah mendengar. Murid tidak boleh menjawab
pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi isyarat untuk memberi
jawaban.
0 komentar:
Posting Komentar