RSS

Pantai Rongkang Bangkalan Madura




Pantai Ini Terletak Di Desa Kwanyar Barat Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan, kira-kira 35 km di selatan kota Bangkalan. Kabupaten Bangkalan merupakan sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Bangkalan. Kabupaten ini terletak di ujung paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan

Banyak keistimewaan di pantai rongkang ini, diantaranya berjejernya bebatuan di sepanjang pantai dan juga bukit berundak-undak yang tingginya sekitar dua puluh hingga dua puluh lima meter di atas permukaan laut.

Pada waktu senja dan malam hari, terlihat kilauan sinar dari lampu kapal-kapal yang berlayar di selat madura jadi pemandangan yang sangat menarik dan pantulan sinar-sinar lampu di permukaan air yang memantul dari arah kota Surabaya menambah keindahan di sekitar pantai yang membuat hati merasa takjub.

Pantai ini mempunyai karakteristik Pantai yang di Kelilingi bebatuan cadas dan untuk sampai ke bibir pantai pengunjung harus menuruni bebatuan cadas ini dari perbukitan yang terbilang curam. Jadi para wisarawan atau pengunjung harus berhati-hati dalam menyusuri pantai ini. Para pengunjung bisa bermain-main di sekitar pantai dengan melihat pemandangan Pantai Rongkang yang sangat eksotis ini.

Pantai ini di namakan Rongkang karena Pantai ini terbentuk di akibatkan dari Proses alam abrasi air laut ke batuan karang sehingga terbentuklah lubang-lubang membentuk kelandaian bibir pantai dan karena banyak batu karang yang berlobang atau dalam Bahasa Madura “ Ngerongkang ” Jadilah nama Pantai tersebut pantai Rongkang.

Menurut cerita kepala Desa Kwanyar, yang membuat Pantai ini sangat terkenal karena dahulu di Pantai tersebut selalu di kunjungi oleh para pecinta alam dari Malang, Surabaya, dan pecinta alam lainnya yang melintas disini atau memang untuk berkunjung disini. Dan mereka biasanya sering menyanyikan Lagu “Berdiri di Pantai Rongkang” diatas batu karang di sekitar pantai dan jadilah Pantai Rongkang terkenal pada waktu itu.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pantai Camplong



Pantai Camplong – Pulau Madura, sebuah pulau di ujung timur Pulau Jawa yang juga terkenal dengan sebutan pulau garam ini, memiliki berbagai objek wisata yang sangat menarik dan masih alami khususnya objek wisata berupa pantai. Salah satu kawasan pantai yang banyak diminati oleh wisatawan yang datang ke Madura adalah Pantai Camplong yang letaknya mudah untuk ditemukan oleh para pendatang.

Lokasi dari Pantai Camplong, berada di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Letaknya memang tidak sulit untuk ditemukan, karena berada di pinggir jalan utama perlintasan apabila anda melewati jalan dari Surabaya menuju Sampang ataupun sebaliknya. Ada banyak cara untuk menuju pantai ini. Apabila anda menggunakkan kendaraan pribadi ataupun sewaan, anda bisa langsung menuju Madura melalui Tol Suramadu. Tak hanya kendaraan roda empat, bagi anda pengendara roda dua juga tetap bisa melewati jalur ini. 

Anda akan menempuh perjalanan sekitar 100 kilometer atau menghabiskan waktu sekitar 3 jam perjalanan. Jalur lainnya, anda bisa menggunakkan kapal ferry dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menuju Pelabuhan Kamal di Kabupaten Bangkalan. Untuk roda transportasi umum, anda bisa menggunakkan bis dari Terminal Bungurasih, Surabaya menuju Sampang. Anda bisa memilih bus AC untuk lebih nyamannya dengan ongkos sekitar Rp 25.000*) per orang. Untuk lebih murahnya, anda bisa menggunakkan bis ekonomi. 

Setelah tiba di Sampang, bukan hal sulit untuk menemukan letak dari Pantai Camplong. Posisinya yang berada di pinggir jalan memudahkan anda untuk melihatnya, apalagi papan penunjuk jalan yang cukup jelas bagi anda yang belum paham rute-rute di Madura. Namun harap diperhatikan bahwa pintu masuk pantai ini ditandai dengan adanya tulisan “Hotel Wisata Camplong” dan di sebelahnya anda bisa melihat jalan masuk menuju kawasan pantai.

Pantai Camplong merupakan salah satu dari objek wisata pantai yang bisa anda temukan di pulau yang memiliki julukan pulau garam ini. Dikarenakan letaknya yang strategis serta fasilitas yang sudah cukup memadai, membuat Pantai Camplong menjadi destinasi wisata utama para wisatawan yang datang berkunjung ke Pulau Madura khususnya yang datang ke kawasan Kabupaten Sampang.

Untuk masuk kawasan pantai, anda akan dikenakan biaya Rp 5.000*) per orang dan untuk kendaraan roda empat dikenakan biaya Rp 3.000*) saja per kendaraan. Tarif yang cukup murah untuk menikmati eloknya hamparan pasir putih serta lautan yang terbentang luas di hadapan anda ketika memasuki kawasan Pantai Camplong. Pantai yang cukup landai ini akan memanjakan anda dengan suara deburan ombak serta kehalusan pasir putihnya.

Anda bisa melakukan berbagai aktivitas seperti berenang, bermain air ataupun sekedar bersantai menikmati suasana pantai. Tak hanya itu, anda juga bisa menggunakkan perahu nelayan yang tersedia di sini untuk berwisata ke tengah lautan. Hanya dengan Rp 2.000 – Rp 5.000*) per orang, anda sudah bisa diajak berperahu dan menikmati keindahan alam dari tengah lautan di perairan Pantai Camplong selama kurang lebih 20 menit.

Fasilitas lain juga sudah tersedia dengan baik di pantai ini seperti kamar mandi umum, musholla serta tersedianya kolam renang untuk anda yang ingin mengajak anak-anak anda berenang di tempat yang lebih aman.  Untuk yang belum begitu mahir berenang, sudah tersedia pula penyewaan ban pelampung yang terbuat dari ban dalam mobil. Harga sewa ban tersebut adalah Rp 5.000*) per unit. Selain itu, sudah banyak penjual makanan ataupun souvenir khas Madura yang menjajakan barang dagangannya di sekitar pantai. Jadi, tidak perlu khawatir merasa kelaparan selama berwisata di pantai ini.
Salah satu kuliner khas Sampang yang tak boleh anda lewatkan adalah Rujak Cingur, apalagi jika ditemani dengan segarnya air degan, tentu paduan yang tepat untuk melengkapi wisata anda di Pantai Camplong. Berjalan-jalan pada malam hari di sekitar pantai juga menjadi aktivitas yang sering dilakukan oleh para wisatawan. Selain bisa menikmati indahnya kerlip bintang, sinar-sinar lampu para nelayan yang mencari ikan di tengah lautan dengan pantulan lampunya di air laut, juga menjadi keindahan tersendiri yang bisa anda rasakan di suasana malam Pantai Camplong.

Berhubung pantai ini berada di belakang Hotel Wisata Camplong, untuk anda yang ingin menginap tentu bukan masalah. Tersedia 30 kamar di hotel ini dengan berbagai tipe kamar. Untuk urusan makan pun sudah ditanggung oleh pihak hotel bagi anda yang menginap di sini, sehingga dapat memberikan kenyamanan wisata.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MERCUSUAR BANGKALAN MADURA



Indonesia itu sesungguhnya kaya akan peninggalan bangunan bersejarah. Salah satu diantaranya adalah sebuah Mercusuar Peninggalan Belanda di Bangkalan, Pulau Madura. Mercusuar ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Z.M. Willem III. Menurut plat yang masih tertempel di menara suar ini, pembangunan selesai dilakukan pada tahun 1879. Artinya bangunan ini sudah berdiri selama 134 tahun. Hebatnya Mercusuar ini masih berfungsi dengan baik hingga kini. Ketika malam tiba, lampu-lampu di puncak menaranya dengan setia menerangi puluhan hingga ratusan kapal yang mengarungi Selat Madura.
Mercusuar ini terletak tidak jauh dari pusat Kota Bangkalan. Ia berdiri di sebuah desa bernama Sembilangan di Kecamatan Socah, hanya sekitar 6 KM dari ibu kota kabupaten. Ada beberapa alternatif jalan yang dapat digunakan untuk mencapai lokasi ini, namun lebih baik menggunakan jalan dari Kota Bangkalan karena kondisi jalan lebih mulus dan relatif ramai. Pengunjung yang hendak memasuki area mercusuar tidak dipungut bayaran tapi setiap kendaraan dikenakan biaya parkir yang bervariasi untuk kendaraan roda dua dan roda empat. Terakhir kali saya mengunjungi mercusuar ini, tarif parkir untuk sepeda motor masih Rp. 2000.

Mercusuar setinggi 65 M ini terdiri dari 17 lantai dan entah berapa ratus anak tangga. Sejujurnya, saya belum kekurangan pekerjaan untuk menghitung jumlah anak tangga dari dasar hingga puncak menara. Total area lahan tempat Mercusuar Sembilangan ini berdiri tidak kurang dari 1 Ha. Sedangkan lampunya mempunyai jangkauan yang cukup jauh, sekitar 20 mil. Perawatan dan operasionalnya dikerjakan oleh 3 orang operator yang tinggal di rumah dinas yang berlokasi tepat di bawah menara.

Wisatawan yang berkunjung kebanyakan berasal dari daerah sekitar Kabupaten Bangkalan. Selain dijadikan sebagai tempat bertamasya, beberapa orang juga sering memanfaatkan lokasi ini untuk melakukan pemotretan prewedding. Sebagian besar mereka berasal dari Surabaya yang lokasinya memang tidak jauh dari Bangkalan. Selain itu Mercusuar Bangkalan juga sebenarnya dapat dijadikan lokasi hunting fotografi landscape. Sayang sekali saat ini sebuah menara milik salah satu provider telekomunikasi berdiri di dekat menara. Keberadaannya sedikit mengganggu keaslian pemandangan mercusuar.

Jika sedang beruntung, kita juga dapat menyaksikan keindahan sunset Selat Madura dari lokasi ini. Keindahan itu yang tidak saya dapatkan saat berkunjung ke mercusuar ini. Tepat sebelum matahari terbenam, hujan turun dengan derasnya mengguyur Desa Sembilangan. Saya bersama lima orang teman bahkan harus pulang agak malam dari lokasi tersebut sampai hujan reda. Kalau anda berniat untuk datang ke tempat ini, usahakan untuk datang bersama beberapa orang teman. Karena kondisi jalanan menuju mercusuar cukup sepi di malam hari sehingga akan lebih aman kalau beramai-ramai.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kisah Bukit Geger



Bukit Geger berada kurang lebih 30 Km arah tenggara Kota Bangkalan, tepatnya di desa Geger, Kecamatan Geger. Dari Kota Bangkalan lurus terus ke arah utara yaitu ke arah kecamatan Arosbaya, lalu ke timur kearah kecamatan geger. Disitulah bukit itu berada. Bukit tersebut mudah dijangkau karena letaknya tepat dipinggir jalan raya. Bukit ini berada di ketinggian sekitar 150-200 meter diatas permukaan laut. Obyek wisata ini bagus untuk wisata alam/ wisata hutan, selain Keindahan Wisata Alam/ hutan, Objek wisata bukit geger juga memiliki Patung Kuno yang dikeramatkan, ada juga Hutan Akasia, Hutan Mahogany, dan hutan Jati seluas 42 hektar lebih, Lembah Palenggiyan dengan keindahan Danau dan Jejeran Sawah yang rapi dan luas, tempat peristirahatan di puncak bukit yaitu Situs Pelanggiran.

Bukit ini juga memiliki 5 (lima) goa legendaris dan amat bersejarah, nama-namanya dalam bahasa madura kurang lebih jika di Indonesiakan seperti dalam kurung yaitu: Goa Petapan (gua tempat semedi), Goa Potre (gua putri), Goa Planangan (gua laki-laki), Goa Pancong Pote (gua pancung putih), dan Goa Olar (gua Ular).

Konon, Bukit Geger menjadi tempat manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi Madura. Ceritanya, pada abad ke 7-8 Masehi, Patih Pranggulan dari Kerajaan Medang di Kaki Gunung Semeru disebut-sebut sebagai orang pertama yang mendarat di Planggirân (tumpukan batu karang) di bukit Geger. Saat itu dia membawa Dewi Ratna Rorogung, anak Raja Medang yang sedang hamil. Keduanya terdampar di Planggiran setelah mengarungi lautan dengan rakit. Di bukit Geger itu, Dewi Ratna Rorogung mendapat julukan Potre Koneng. Putri yang satu ini punya kebiasaan bersemedi di tepi tebing. Rutinitas itu dilakukan setiap hari menjelang matahari terbenam. Kini, batu mirip kursi itu disebut Palènggiyân (Madura, Red). Hingga akhirnya lahirlah Raden Segoro dari rahim Dewi Ratna Rorogung.

Tak hanya batu Palènggiyân, di Bukit Geger terdapat banyak situs bersejarah. Diantaranya Goa Petapan, Goa Potre, Goa Planangan, Goa Pancong Pote, dan Goa Olar. Hingga kini di lokasi tersebut banyak dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Baik masyarakat yang berasal dari Madura maupun dari luar. Untuk masyarakat luar Jawa Timur, kebanyakan berasal dari Cirebon, Banten, dan Tasikmalaya. Bahkan ada yang datang dari Malaysia dan Brunei. Kebanyakan, masyarakat memilih Goa Petapan dan Goa Potre untuk tempat tirakat.

Menurut kisahnya, Goa Petapan menjadi tempat bertapa Adipodai dan Goa Potre tempat bertapa Potre Koneng. Pada Abad 13, Aryo Kuda Panoleh (Jokotole) yang bergelar Seco Diningrat III hendak berperang dengan Sampotoalang -Dampo Awang (Laksamana dari Cina). Sebelum bertempur, Jokotole menghadap Adipodai di Geger. Sampai akhirnya dia mendapat senjata pamungkas berupa pecut.
Saat bertempur, Jokotole menunggangi kuda terbang. Sedangkan Dampoawang naik perahu terbang. Dalam perang tanding satu lawan satu, Dampoawang beserta perahunya berhasil dihancurkan tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Piring Dampoawang jatuh di Ujung Piring-sekarang nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah.

Nah, berawal dari cerita itu saat ini Goa Petapan dan Goa Potre dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Di dua tempat yang dianggap keramat tersebut banyak yang mendapatkan benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan mistik. Banyak orang yang tirakat di lokasi tersebut mengaku mendapat benda gaib. Seperti kisah Sukri, warga asal Kamal, yang mengaku mendapat besi kuning dan keris penangkal hujan saat bertirakat.

Selain itu, goa lain di Bukit Geger juga memiliki keunikan. Seperti Goa Pancong Pote. Goa yang berada di bibir tebing ini di saat hujan ada air yang mengalir di lantai goa yang sangat bening. Malah warnanya seperti pelangi. “Masyarakat biasa menyebutnya air tujuh warna,” ujar Sekretaris Klub Pecinta Alam Kipoleng, Drs Mas Imam Lutfi.

Sedangkan di Goa Planangan, jelas Imam, terdapat stalaktit yang menjuntai ke bawah (maaf) mirip kemaluan pria. Uniknya, air yang menetes dari stalaktit diyakini bisa menambah keperkasaan pria. Sedangkan Goa Olar disebut begitu karena di depan mulut goa ada sebongkah batu yang mirip kepala ular. Goa tersebut berada di puncak bukit.Konon, Bukit Geger menjadi tempat manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi Madura. Ceritanya, pada abad ke 7-8 Masehi, Patih Pranggulan dari Kerajaan Medang di Kaki Gunung Semeru disebut-sebut sebagai orang pertama yang mendarat di Planggirân (tumpukan batu karang) di bukit Geger. Saat itu dia membawa Dewi Ratna Rorogung, anak Raja Medang yang sedang hamil.

Keduanya terdampar di Planggiran setelah mengarungi lautan dengan rakit. Di bukit Geger itu, Dewi Ratna Rorogung mendapat julukan Potre Koneng. Putri yang satu ini punya kebiasaan bersemedi di tepi tebing. Rutinitas itu dilakukan setiap hari menjelang matahari terbenam. Kini, batu mirip kursi itu disebut Palènggiyân (Madura, Red). Hingga akhirnya lahirlah Raden Segoro dari rahim Dewi Ratna Rorogung. Tak hanya batu Palènggiyân, di Bukit Geger terdapat banyak situs bersejarah. Diantaranya Goa Petapan, Goa Potre, Goa Planangan, Goa Pancong Pote, dan Goa Olar. Hingga kini di lokasi tersebut banyak dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Baik masyarakat yang berasal dari Madura maupun dari luar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS