RSS

Sahabat Sejati yang Terpecah



            Ary, Yoga, Agus, dan Irma adalah 4 serangkai pelawak di SMP-nya. Mereka bersatu sejak menginjak kelas VIII. Ary memiliki insiatif untuk menampilkan seni di pensi OSIS minggu depan, tidak lain seninya itu adalah drama. Mereka pun sukses dengan dramanya yang berjudul “Manyat Hidup” dan berhasil menarik perhatian semua guru serta teman-temannya tertawa terbahak. Sejak itulah mereka menjadi populer di sekolahnya. Setiap ada pensi pasti mereka akan tampil dengan sempurna. Walaupun prasarana masih cukup sederhana, namun acting mereka bagaikan berang-berang  yang mambangun rumah di sungai.

          Dua tahun sudah berlalu, dan saatnya mereka melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau SMA, sehingga sekolah mereka saling terpisah. Ary, Agus, dan Irma masih tetap mengingat masa lalu itu dan mereka sangat bangga karena salah satu dari mereka yaitu Yoga, mempunyai prestasi yang sangat baik. Ia memenangkan lomba drama juara 1 tingkat Provensi Jawa Timur, bukan hanya itu, ia juga memenangkan lomba nulis cerpen dan ia meraih juara 2  Tingkat Provensi se Jawa Timur. Mereka berharap bahwa Yoga akan terus berkarya dan berprestasi agar dapat membanggakan teman-temannya serta SMP-nya dulu. Dengan harapan itu, Ary mangajak teman-temannya lagi termasuk Yoga untuk menampilkan drama dengan menggunakan skilnya saat perpisahan adik kelasnya.

          Dua minggu sebelum perpisahan adik kelas, Pak Imam selaku guru seni budaya mereka, menyuruh Ary menampilkan seni karawitan dan tak lupa ia mengajak team dramanya nampil kembali. “Hei teman, aku mau kita kumpul di rumahnya Irma minggu depan jam 07.00. Ada hal penting yang mau aku bicarakan” ujar Ary di fb-nya yang menandai mereka. Dan disaat itu Ary menjelaskan bahwa ia dan teamnya harus menunjukkan seninya kepada adik kelasnya. “Ry, sorry aku kanyaknya tidak bisa, aku mau ke Banten senin depan” kata Yoga. “Kan masih seni lagi, padahal acaranya 5 hari lagi, ayo napa!” kata Agus kepada Yoga. Ary juga berkata “Ga, demi kita, demi sekolah kita. Ayo tunjukin kemampuanmu berseni, dulu aku yang buat dramanya tapi sekarang kita pasrah ke kamu, okeyy !!”. Akhirnya Yoga pun setuju dan mau ikut nampil drama comedy kembali untuk adik kelasnya.

          Yoga kembali menolak ajakan Ary dan ia mulai berkata yang mencerminkan seorang sahabat ataupun siswa, sehingga membuat semua temannya kecewa dan marah. Di saat itu acaranya kurang 5 hari lagi dan Ary mengajak temannya itu berlatih. Namun, Yoga berkata “Duuchh Ry, maaf ya...aku gak bisa ikut. Kamu, Agus, dan Irma saja yang main nanti aku jadi sutradaranya”. Ary menjawab “Gak bisa gitu donk Ga, kita dari dulu sudah bersama, baik itu yang buat dramanya ataupun tidak, kita tetap tampil”. “Duucch Ry, aku kalau gak hasil gak mau nampil, capek Ry” kata Yoga. Ary pun langsung marah kepadanya, “Oh jadi kamu gitu ya sekarang, setelah kamu harum di sekolahmu kamu mau lupain SMPnya dulu? Ingat dimana dulu yang pertama kamu berkarya dan siapa yang mengajak kamu. Aku, Agus, dan Irma. Apakah hatimu sudah di butain oleh prestasimu itu. Aku kecewa sama kamu Ga. Oke dramanya batal !”. Selepas itu Ary menceritakan kepada Agus, Irma, dan semuanya marah serta kecewa kepada Yoga. Mereka pun bingung akan dramanya karena sudah terlanjur bilang kepada gurunya tapi keadaanya sangat tidak memungkinkan  dan disaat itu Ary selaku ketua di teamnya itu tidak mau mengecewakan gurunya karena prinsipnya adalah lebih baik berkorban dari pada mengorbankan.

          Setelah dua hari berlalu, Yoga sms “Ry, aku minta maaf, aku Cuma bohongan waktu itu dan aku mau ikut dramanya juga, tapi kamu yang buat ya !”. Ary pun membalasnya “Ok... kalau gitu”. Ketika mereka latihan, Agus membentaknya. Ia  tak tanggung-tanggung untuk mengungkit semua kisahnya dan juga menasehatinya. Di dalam hatinya, ia ingin sekali memukul Yoga, namun karena dia merupakan teman seperjuangannya dahulu Agus tidak mau menyakiti temannya tersebut. Diantara mereka Aguslah yang paling tegas. Dengan bakatnya masing-masing, latihannya pun di mulai. Dua kali latihan mereka sudah siap untuk tampil. “Gus, ingat ya, amarah jangan ikut sambungkan dengan penampilan kita, begitu juga kamu Ir. Kita harus konsisten ok. Semangat” ujar Ary kepada Agus dan Irma. “Tapi Ri, aku gak nyangka  dan mungkin itu bisa menghilangkan konsentrasiku” jawab Irma. “Anggap saja kamu acting dengan batu Ir !” nasehat Ary. Dan tampillah mereka dengan penuh percaya diri dan hasilnya pun bagus bisa berjalan dengan lancar. Meskipun mereka tampil bagus, tetap saja Ary, Agus, dan Irma masih kecewa sampai seterusnya kepada Yoga. Namun selain rasa kecewa, rasa banggapun akan prestasinya masih ada di hati mereka.

TAMAT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar