Jauh di pedalaman desa
terdapat seorang lelaki yang bernama Andi Firmansyah. Dia terlahir di dalam
keluarga yang memiliki ekonomi yang sangat kecil. Andi sejak kecil suka bermain
tengkar-tengkaran hingga akhirnya, ketika ia dewasa, ia menjadi pemuda nakal
atau disebut dengan preman. Padahal di waktu ia kecil, Andi sangat suka mengaji
dan juga tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktunya. Namun semenjak ayahnya
meninggal dunia, ketika itu Andi berumur 12 tahun. Andi mulai berani keluyuran
malam dan bergaul bebas sehingga hidupnya sekarang berantakan dan sesat. Ia pun
sangat durhaka terhadap ibunya.
Pada
saat itu, Andi mendapatkan masalah dengan teman sebayanya. Andi salah memberi
barang kepada temannya. Fendi : “
Apa-apaan ini, kamu gak punya mata ya, ini tepung bukan sabu, aku sudah beli
mahal-mahal kok kanyak gini, sekarang juga kembalikan uangku !” ( sambil
marah-marah). Andi pun menjawab : ”heei...broo, nyantai aja kali, gak usah
pakek mukul-mukul segala, Ok..sorry..aku khilaf”. “ Jangan khilaf-khilafan, cepat
kembalikan”(sambil menampar Andi). Fendi pun memukul Andi habis-habisan. Dengan
rasa kesal Andi pun melawan, hingga akhirnya Fendi jatuh terbentang sampai
tidak sadarkan diri. Setelah Andi mengetahuinya bahwa Fendi sudah tak berdaya
lagi, Andi pun pergi jauh dari tempat tersebut.
Setelah
lama berjalan Andi merasa kecapeaan dan pingsan di depan pondok asrama. Di
keesokan harinya Andi terbangun dan melihat bahwa di belakangnya terdapat
pondok yang sangat besar. Andi pun mulai terketuk hatinya saat melihat pondok
tersebut dan teringat ketika ia masih kecil dulu. Andi mulai menangisi
dosa-dosanya yang telah ia perbuat itu, betapa besar kesalahan yang telah ia
lakukan kepada orang tuanya. “ Ya
Allah..apa yang telah aku perbuat selama ini, apa aku masih pantas untuk hidup
Ya Allah ”. kemudia ia mencoba masuk ke dalam pondok dan mendekati masjid. Namun
disaat ia masuk, seluruh santri dari pondok itu datang dan memukuli Andi, lalu
Maisaroh datang membantui Andi dan setelah itu Maisaroh membawanya ke Pak
khyai. Di saat itu pula Andi bertemu dengan jodohnya yaitu SITI MAISAROH yang
menolongnya tadi, anak dari K.H. Mukhtarom pemilik pondok.
Sesampai
di ruangannya Pak khyai, Pak khyai bertanya kepada Andi “ kenapa kamu sampai
kesini, apa masalahmu nak?”. “Pak Khyai, saya ingin bertaubat, tapi.. apakah
Allah akan menerima toubatku, sedangkan saya sudah terlalu banyak mengantongi
dosa, saya sudah durhaka kepada ibuku dan saya lari kesini lantaran saya punya
masalah tentang obat-obatan terlarang dan sekarang saya khilaf Pak Khyai” ujar
Andi sambil mensngis. “Toubat tak memandang dosa, toubat tak memandang waktu,
asal kamu mau bersungguh-sungguh bertaubat dan berjanji tidak akan
mengulanginya lagi, insayaallah..Allah pasti mengampunimu dan juga menerima
toubatmu” ceramah khyai. “Baiklah Khyai, bersediakah khyai mengajariku dari
awal lagi?”. “ Ya nak” jawab Pak khyai. Akhirnya Andi masuk menjadi santri dan
mengubah semua perilakunya selanyaknnya pemuda muslim.
Setelah
6 bulan lamanya andi mondok, ia sudah pandai dalam segala pelajaran, hukum dan
sebangainya karena Andi memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Dalam 6 bulan
itu, tumbuhlah rasa cinta antara Andi dan Maisaroh. Khyai mukhtarom mengetahuinya
dan ia juga merestui hubungan mereka. Mereka berdua ta’arufan selama 2 bulan
lebih. Genap 8 bulan di pondok. Andi merasa rindu kepada ibundanya. Ia pun
pamit pulang untuk menjenguk ibunya. Andi tak lupa pula mengajak Maisaroh ke
rumahnya, namun apa setelah sampai di rumahnya, ibunda Andi sakit keras sehingga
Andi harus menjaga dan merawat ibunya sampai sembuh. Beberapa hari kemudian,
ibu andi keadaanya sudah mulai membaik
dan Andi sangat senang. Pada saat itu juga Andi meminta do’a restu untuk
meminang Maisaroh. Ibu Andi pun merestui hubungan mereka. Karena orang tua Andi
dan Maisaroh sama-sama merestui . Mereka akhirnya menikah dan menjadi keluarga yang
sakinah, mawaddhah dan warohmah.
0 komentar:
Posting Komentar