Muhammad Aldi Rizal, itulah nama
lengkapku, aku masih berumur 17 dan saya sekolah menengah tingkat atas atau
disebut SMA Al – Mustofa. Di sekolah aku terkenal sebagai anak yang
tampan, keren, dan pandai terutama dalam ilmu Matematika dan Bahasa Inggris.
Namun dirumah aku bukan siapa – siapa,
aku adalah anak dari penjual pentol sapi keliling, aku terbiasa hidup
sederhana, sekolahpun aku cari uang sendiri dengan cara mengajar anak SD-SMP
Les MATEMATIKA dan BAHASA INGGRIS di rumahku, kadang aku mencari besi bekas.
Pada saat itu, aku menaruh hati kepada
seorang gadis cantik dikelasku, namanya adalah Nadia dia adalah putri dari
kepala desa di sebelahku. Kami mulai saling kenal disaat dia bertanya tugas
kepadaku. “ Hei, Al sibuk gak, bantuin aku donk.” “Apa Nad.” Jawabku. “Ini nich
aku gak ngerti Matematika,mau donk... ntrar aku traktirin dech.” Kata Nadia.
“Tapi beneran lhoo.....” , “Iya beneran.(bebrapa menit kemudian) Akhirnya tugas
Nadia selesai dan benar semua, kamipun makan dikantin. “Nad, mau nanyak.”
“Apa?”. “Kamu sudah punya pcar belum?”. Tanyaku. “Emmmm..... belum kenapa?”. “Gak
apa-apa kok, aku boleh gak kapan-kapan main ke rumah kamu?”tanyaku. “tentu Al,
main aja”. “Oo..ya Nad, tolong jaga hatimu ya”. “Maksudnya Al” jawab Nadia.
“Sebenernya pertama aku ketemu kamu aku sudah folling in love”. “sebenarnya aku
juga Al, jadi sekarang kita gimna Al”. “yaa...pacaran , itu sih kalou kamu mau
Nad” ajakku. “Iya deh, aku mau asalkan kamu gak macam-macam denganku dan dapat
menjaga cinta kita !” jawab dia. Aku dan Nadia menjalin hubungan yang spesial .
Aku pun mau melanjutkan hubunganku
mnjadi lebih serius karena hubungan itu sudah aku jalani selama 6 tahun lebih.
Sekarang aku sudah menginjak semester 10 dan sampai sekarang aku belum juga
main ke rumah Nadia. Jadi aku beranikan diri untuk main sekaligus
memperdekatkan hubungan yang lebih serius, namun pa yang terjadi , bapak Nadia
malah marah-marah dan mengusirku. “Apa katamu? Kamu mau meninang putriku,
memangnya kamu siapa berani-beraninya mau meminang putriku, dan itu gak akan
pernah trjadi” ujar pak Ramdan. “Tapi Pak, aku dan Aldi sudah saling cinta, aku
mohon restui kami” sambung Nadia. “Tidak, apa kamu tidak mikir, dia hanya anak
dari tukang pentol sedangkan kita orang kaya, mau dikasih apa kamu, itu hanya
membuat kamu menderita. Saya akan mencarikanmu jodoh yang lebih cocok dari pada
dia dan juga sederajat dengan kami, sekarang kamu pergi dan jangan kembali lgi,
Oya.. satu lagi jauhin anakku” kata Pak Ramdan sambil marah-marah. Aldi pun
pulang dengan rasa penuh kecewa
.
.
Aldi pun tidak pernah nyerah meskipun
orang tuanya Nadia tidak merestuinya dan ia bertekad untuk membuktikan bahwa
dirinya bisa menjadi yang terbaik untuk Nadia dan ia mulai mencari
pekerjaan. Pada tahun 2001 aku menjadi
sarjana , akupun bingung mau bekerja apa, disaat itu sangat sulit untuk menjadi
pegawai, dan akhirnya aku memilih untuk menjadi pelaut, aku sempet dilarang
oleh orang tuaku, namun aku berusaha untuk menjelaskan betapa sulitnya mencari
pekerjaan di darat. Setelah orang tuaku percaya, aku mulai melamar di
perusahaan lokal dan diterima bekerja selama 1 tahun dan aku juga melamar di
perusahaan asing, itupun juga diterima. Aku berlayar di Singapura 2 tahun
lamanya dan aku kira sudah cukup uang untuk membanggakan orang tuaku dan
melamar Nadia. Akhirnya pun aku pulang ke Indonesia.
Namun setelah aku sampai di kampung
halamanku, rasa senangku berubah menjadi gelisah. Memang orang tuaku bahagia,
namun di hatiku merasa ada yang ganjil. Saat aku melihat orang-orang pergi ke
kampung sebelah dengan berpakain rapi, di hatiku bertanya “ada apkah ini,
hatikunkog merasa gak enak ya....”. Akhirnya aku pun juga mengikuti orang-orang
kampungku. Sesampai di tempat, akupun langsung kaget dan air mataku bercucuran
tak kuat menahan rsa sedih karena Nadia sudah duduk di kursi pelaminan dengan
orang lain. Nadia pun setiap malam berkata di hatinya “ Betapa sakitnya engkau
Aldi, kini wanita yang kamu idam-idamkan sudah menjadi milik orang lain semoga
kamu mendapatkan jodoh yag lebih dari pada diriku, amiiinn”. Begitu pula dengan
Aldi, ia selalu berkata bahwa cintanya kandas di tengah jalan.
0 komentar:
Posting Komentar